clock
About Me
- Achmad Ariyanto Hariman
- Tangerang, Banten, Indonesia
- I wish that I can be a good friends for everyone, please remind me if I have mistakes to you
Blog Archive
I'm a member of
Theme Created by Achmad Ariyanto Hariman. Powered by Blogger.
Sunday, October 31, 2010
Kisah seorang pemarah
10/31/2010 08:45:00 PM |
Created by
Achmad Ariyanto Hariman |
Edit Post
Saya pernah mendengar cerita ini saat saya masih SD, guru saya menceritakan ini kepada saya, dan menurut saya cerita ini sangat bagus dan berkat cerita ini saya dapat mengambil sebuah makna yang sangat berarti bagi hidup saya
Ceritanya begini...
Ada seorang yang terkenal dengan sifatnya yang pemarah. Dia tinggal dengan ayahnya, dia selalu saja mudah emosi dan selalu marah kepada orang yang salah kepadanya meskipun itu hanya kesalahan kecil. Ayahnya merasa sedih dengan sifat anaknya tersebut, akhirnya sang ayah mencari ide untuk menyadarkan anaknya tersebut.
Akhirnya suatu pagi sang ayah memasang sebuah kayu yang pada sebuah tiang, dan menyiapkan sebuah paku dan palu kemudian dia memanggil anaknya tersebut, dan beliau bertanya kepada anaknya
Sang anak pun menjawab
Kemudian sang ayah berkata
Sang anak kembali bertanya
Kemudian sang ayah berkata kepada anaknya
Karena penasaran sang anak pun langsung setuju, kemudian seperti biasanya dia selalu memarahi orang yang berbuat salah kepadanya meskipun itu hanya kesalahan kecil
Beberapa hari kemudian kayu tersebut telah penuh dengan paku-paku, kemudian sang anak bertanya kepada ayahnya
************************************************************************************
Maaf karena saya sudah agak lupa dengan cerita tersebut dan mungkin maknanya kurang jelas, sekarang saya akan mencoba membahasnya.
Seperti yang dikatakan sang ayah, kayu tersebut ibarat perasaan seseorang, setiap kita marah / menyakiti perasaannya kita bagaikan menancapkan sebuah paku. Kita bisa mencabut paku tersebut dengan meminta maaf kepadanya dan menjaga amarah kita. tetapi setelah kita mencabut paku tersebut kita masih dapat melihat bekasnya.
Maksudnya meskipun seseorang telah memaafkan kesalahan kita, pastilah masih ada rasa kesal terhadap perbuatan kita meskipun itu hanya sedikit
Luka yang parah belum tentu karena luka fisik, tapi terkadang kata-kata dapat menimbulkan luka yang lebih parah daripada luka fisik, karena itu kita harus menjaga perasaan orang lain dengan sebaik mungkin karena kita tidak dapat mengulangi apa yang telah terjadi
Sekian cerita dari saya, semoga kita semua dapat mengambil manfaatnya
Terima Kasih
Ceritanya begini...
Ada seorang yang terkenal dengan sifatnya yang pemarah. Dia tinggal dengan ayahnya, dia selalu saja mudah emosi dan selalu marah kepada orang yang salah kepadanya meskipun itu hanya kesalahan kecil. Ayahnya merasa sedih dengan sifat anaknya tersebut, akhirnya sang ayah mencari ide untuk menyadarkan anaknya tersebut.
Akhirnya suatu pagi sang ayah memasang sebuah kayu yang pada sebuah tiang, dan menyiapkan sebuah paku dan palu kemudian dia memanggil anaknya tersebut, dan beliau bertanya kepada anaknya
"nak, ayah sudah menyiapkan sebuah kayu disini, apakah kamu tahu untuk apa kayu tersebut?"
Sang anak pun menjawab
"Saya tidak tahu, memangnya untuk apa ayah memasang sebuah kayu disini?"
Kemudian sang ayah berkata
"Ayah akan menjelaskan untuk apa ayah memasang kayu ini, tapi sebelumnya kamu harus mendengarkan permintaan ayah terlebih dahulu"
Sang anak kembali bertanya
"Memangnya permintaan apa?"
Kemudian sang ayah berkata kepada anaknya
"Ini adalah sebuah permintaan yang mudah, kamu hanya perlu memasangkan satu paku setiap kamu marah kepada orang lain"
Karena penasaran sang anak pun langsung setuju, kemudian seperti biasanya dia selalu memarahi orang yang berbuat salah kepadanya meskipun itu hanya kesalahan kecil
Beberapa hari kemudian kayu tersebut telah penuh dengan paku-paku, kemudian sang anak bertanya kepada ayahnya
"Aku telah menjalankan perintah ayah, sekarang ayah harus memberitahu untuk apa ayah memasang kayu tersebut disitu?"Sang ayah dengan tenang menjawab
"Permintaanku belum selesai nak, sekarang kamu harus menahan dirimu dan meminta maaf kepada setiap orang yang telah kamu marahi, setiap kamu melakukannya, cabutlah satu paku dari kayu tersebut"Mulai keesokan harinya sang anak pun langsung menjalankan perintah ayahnya, dia selalu menahan diri jika ada orang yang berbuat salah padanya, dan dia selalu meminta maaf kepada orang yang pernah dia marahi jika dia bertemu di jalan. Beberapa hari pun telah berlalu, sekarang semua paku yang ada di kayu tersebut telah tercabut semuanya, sang anak pun kembali bertanya kepada ayahnya
"Aku telah menjalankan perintah ayah, sekarang ayah harus memberitahu untuk apa ayah memasang kayu tersebut disitu?"Sang ayah kembali menjawab dengan tenang
"Coba kamu perhatikan kayu tersebut, sekarang yang ada di kayu tersebut hanyalah bekas paku yang telah kamu pasang, aku sudah menyruhmu untuk memasangkan paku di kayu itu jika kamu marah kepada orang lain, kemudian aku telah menyuruh kamu untuk memaafkan dan bersabar, dan setiap orang lain memaafkanmu kamu harus mencabut satu paku dari kayu itu"Kemudian sang ayah bertanya kepada anaknya
"Sekarang apakah kamu mengerti apa maksudnya?"Sang anak dengan muka penasaran menjawab pertanyaan ayahnya
"Aku tidak tahu yah, memangnya apa maksudnya?"Sang ayah menjawab
"kayu tersebut ibarat perasaan teman-temanmu, setiap kamu memarahi mereka itu seperti menancapkan paku pada perasaan mereka, pasti mereka akan merasa sakit, dan setiap mereka memaafkanmu ibarat mereka mencabut sebuah paku itu, tapi meskipun paku tersebut telah tercabut, pada kayu itu masih ada bekasnya, itu artinya meskipun mereka telah memaafkanmu, mereka masih merasa sakit atas perlakuanmu terhadap mereka"Setelah mendengar perkataan ayahnya anak itu pun merubah sifatnya menjadi orang yang sabar, mudah memaafkan dan sangat menjaga perasaan orang lain
************************************************************************************
Maaf karena saya sudah agak lupa dengan cerita tersebut dan mungkin maknanya kurang jelas, sekarang saya akan mencoba membahasnya.
Seperti yang dikatakan sang ayah, kayu tersebut ibarat perasaan seseorang, setiap kita marah / menyakiti perasaannya kita bagaikan menancapkan sebuah paku. Kita bisa mencabut paku tersebut dengan meminta maaf kepadanya dan menjaga amarah kita. tetapi setelah kita mencabut paku tersebut kita masih dapat melihat bekasnya.
Maksudnya meskipun seseorang telah memaafkan kesalahan kita, pastilah masih ada rasa kesal terhadap perbuatan kita meskipun itu hanya sedikit
Luka yang parah belum tentu karena luka fisik, tapi terkadang kata-kata dapat menimbulkan luka yang lebih parah daripada luka fisik, karena itu kita harus menjaga perasaan orang lain dengan sebaik mungkin karena kita tidak dapat mengulangi apa yang telah terjadi
Sekian cerita dari saya, semoga kita semua dapat mengambil manfaatnya
Terima Kasih
Labels:
Artikel kehidupan,
My Experience
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
This Month Most Popular Post
-
Kelas 9K yang sudah 3 hari (mungkin 4 hari dari hari selasa) tanpa ojan rasanya sepi banget, nggak ada lawakan khasnya ojan, dia masuk rumah...
My Blog List
-
Sejarah Kopi di Indonesia13 years ago
-
Long Time No See12 years ago
-
Hey Dear11 years ago
-
Kebudayaan Indonesia13 years ago
-
-
-
Boyce Avenue13 years ago
-
-
-
Surat berisi Puisi13 years ago
-
-
Report day!12 years ago
-
-
Template Baru!13 years ago
-
MAWAR PERTAMA DAN TERAKHIR11 years ago
-
Cara Mengatasi Kurang Darah13 years ago
-
-
-
Insya Allah, We'll be there :)9 years ago
-
KOPASSUS REPUBLIK INDONESIA13 years ago
-
cerberus the underworld hound13 years ago
-
My Wishes in 201113 years ago
-
-
-
Bingung T__T14 years ago
-
Like A Rainbow13 years ago
-
Kisah Terima Kasih13 years ago
-
Cita-cita terbesar13 years ago
-
Tips Menabung13 years ago
-
~TAYLOR SWIFT~13 years ago
-
-
201212 years ago
-
-
Kuis tes iseng14 years ago
-
-
ulangan yg "meriah".15 years ago
0 Comment(s):
Post a Comment